Kontroversi penggunaan tinta non-original (kompatibel, refill) versus tinta original tidak akan pernah berhenti. Produsen printer inkjet (Canon, Epson, HP, Lexmark) mengklaim, penggunaan tinta non-original tidak memberikan hasil cetak seindah, setajam, seawet tinta original. Mereka juga mewanti-wanti, tinta non-original, khususnya refill (isi-ulang), dapat merusak printer. Garansi printer akan lenyap, begitu ancam mereka, kalau terbukti penggunaan tinta non-original merusak printhead printer.
Di lain pihak, jumlah pemain tinta non-original berkembang pesat bak jamur di musim hujan. Di tanah air, ini bisa kita lihat dari makin tersebarnya gerai-gerai tinta isi ulang. Gerai-gerai ini tidak lagi hanya ada di mal-mal komputer, tetapi juga wilayah pemukiman di berbagai kota.
Acaciana misalnya, punya 26 gerai pusat isi-ulang, termasuk di Bontang, Makassar, Pekan Baru, dan Serang. Venetta System bahkan punya lebih banyak lagi gerai – sekitar 100 - di penjuru tanah air. Lombok, Palu, dan bahkan Papua tak luput dari rambahan pemain tinta/ribbon isi-ulang untuk printer inkjet, laser dan dot-matrix tersebut.
Pemain lain, X-Fill, tak kalah gesit membesarkan bisnis tinta non-original. Buka sekitar dua tahun lalu, saat ini mereka juga sudah menyebar ke Batam dan Bali. Sementara itu e-print beroperasi antara lain di Nabire, Biak, Kendari, Bangka dan Kupang.
Kehadiran tinta non-original bisa dilihat di setiap pameran komputer. Tidak ada pameran komputer di tanah air yang tidak menampilkan pemain tinta pihak ketiga (non-original). Pada ajang FKI di Jakarta (10 – 13 Mei 2009), pemain tinta pihak ketiga, mulai dari Acaciana, e-print, X-Fill, Venetta System, sampai pemain baru yang murni berjualan tinta pihak-ketiga dalam partai besar (bulk – botolan), tampak.
Selisih Harga
Populernya tinta non-original utamanya karena besarnya selisih harga produk pihak-ketiga dengan harga tinta OEM (original equipment manufacturer) dari para produsen printer. Ambil contoh tinta HP45 yang digunakan oleh printer lawas HP DeskJet 970cxi dan 6122.
Oleh reseller tinta original di pameran FKI Jakarta, kemasan cartridge tinta hitam tersebut dibandrol dengan harga Rp 311 ribu. Sementara itu tinta tiga-warna HP78 pasangannnya ditawarkan pada harga Rp 278 ribu. Total kita harus mengeluarkan dana Rp 589 ribu untuk menggunakan tinta original di printer HP tersebut.
Padahal jika ‘berani’ menggunakan tinta pihak ketiga, Anda bisa menghemat sampai 80%. Acaciana misalnya, menawarkan tinta refill untuk warna hitam dan warna yang masing-masing dijajakan Rp 35 ribu, atau tinta kompatibel (Acaciana menyebutnya sebagai isi-ulang) warna seharga Rp 150 ribu dan tinta hitam seharga Rp 125 ribu. Paket tinta yang sama – refill –ditawarkan lebih murah oleh X-Fill: Rp 40 ribu untuk HP45 dan Rp 50 ribu untuk HP78, ditambah diskon 50%.
Penghematan juga berlaku untuk pengguna printer Epson. Tinta original T38 dan T39 untuk Epson Stylus C41SX/43SX/45/CX1500 dijual masing-masing Rp 55 ribu dan Rp 100 ribu. Padahal kompatibel dari X-Fill dijajakan masing-masing Rp 25 ribu dan Rp 40 ribu.
Kualitas dan Garansi
Masalahnya, beranikah Anda menggunakan tinta pihak-ketiga? Kalau printer Anda sudah berumur dan garansinya sudah habis, mungkin tidak ada salahnya Anda mencoba. Ini khususnya jika Anda lebih banyak mencetak teks dibandingkan foto/gambar.
Menurut trustedreviews, banyak uji independen menunjukkan bahwa tinta kompatibel hitam secara konsisten memberikan hasil yang setara dengan cartridge original. Cuma kalau Anda menginginkan cetakan foto berkualitas prima, usahakan tetap menggunakan tinta original, plus kertas (foto) yang sesuai. Sebab para vendor OEM sudah melakukan uji ketat untuk memastikan tinta dan kertas yang mereka keluarkan memberikan hasil optimal jika digunakan bersamaan.
Namun satu yang tetap harus Anda perhatikan. Pilihlah tinta non-original yang punya reputasi bagus. Sebab tidak semua cartridge non-original berkualitas sama. Yang harganya sangat murah memang menggiurkan, apalagi jika aktivitas cetak Anda tinggi. Namun murahnya harga itu bisa jadi akibat dari buruknya kualitas tinta (terlalu cepat kering sehingga menyumbat printhead) dan juga penggunaan casing plastik yang di bawah standar (sehingga berpotensi bocor).
Selain itu, pengujian juga menunjukkan bahwa hasil cetak – khususnya foto - dengan tinta kompatibel yang harganya sangat murah tidak bertahan lama. Dalam kurun kurang dari satu tahun, warna-warnanya memudar – kendati ini juga dipengaruhi oleh jenis kertas yang dipakai.
Benang merahnya, penggunaan tinta non-original, khususnya kompatibel, belum tentu merusak printer inkjet Anda, apalagi jika head merupakan bagian dari cartridge. Namun hati-hatilah jika head itu tidak bisa diganti. Ini semua dengan catatan, tinta tidak bocor.
BOKS: Angka Z: Penentu Kualitas Tinta
Menekan tombol “Print” memang mudah. Namun mendapatkan hasil cetak yang prima bukanlah perkara mudah. Tidak jarang hasil cetak printer inkjet Anda tercemar oleh bercak atau rembesan tinta. Biang keroknya, begitu menurut studi terbaru, adalah tinta yang tidak sama konsistensinya
Tahu dong kalau printer inkjet memiliki nozzle (inkjet) yang kecil. Nozzle-nozzle inilah yang menyemprotkan tinta ke kertas sewaktu kertas berjalan melalui nozzle. Idealnya, tinta membentuk tetesan (droplet) yang bulat sempurna ketika tinta disemprotkan dari inkjet, menyentuh kertas tepat di sasarannya.
Namun pembentukan tetesan juga dipengaruhi properti tinta. Densitas, tegangan permukaan, dan viskositas (kekentalan) bisa menghambat aliran (atau konsistensi). Jika besaran tetesan tidak tepat, alih-alih teks dengan garis yang tajam, maka akan muncul bercak/serat-serat (filamen). Demikian menurut para peneliti.
Rahasia Angka Z
Para peneliti sekarang menggunakan angka Z untuk menggambarkan tegangan permukaan dan viskositas dari tinta tertentu. Tinta dengan Z yang lebih rendah lebih kental, sedangkan tinta dengan angka Z yang lebih tinggi memiliki tegangan permukaan yang lebih besar. Begitu jelas ilmuwan material dan peneliti Jooho Moon dari Yonsei University di Seoul, Korea, seperti dikutip dari science news.
Penelitian teoritis menyebutkan, tinta yang paling mudah mencetak memiliki nilai Z antara 1 dan 10. Namun penelitian Moon dkk 3 Maret lalu mengatakan, besaran tetesan terbaik terbentuk dari tinta bernilai Z di rentang 4 dan 14.
Menurut para peneliti yang menangkap gambar-gambar butiran tetesan dari berbagai jenis tinta yang dibuat di lab, tinta dengan nilai Z di atas 14 memiliki filamen-filamen (serat) yang mudah terpisah dari tetesan tinta, dan membentuk tetesan tinta kedua yang menciptakan rembasan (mblobor). Sedangkan tetesan dari tinta dengan nilai Z di bawah 14 lebih sempurna terbentuk, dan kekentalan tinta menarik/menahan filamen ke dalam tetesan. Namun tetesan dari tinta yang sangat kental dengan nilai Z di bawah 4 justru menempel ke inkjet, alias tidak tersemprotkan dengan sempurna.
Sayangnya penelitian ini masih terbatas pada satu printer. Selain itu nilai Z terbaik bisa bervariasi, tergantung pada seberapa jauh inkjet printer dari permukaan kertas.
TIPS: Mau Hasil Cetak Prima?
1. Usahakan untuk tidak menyimpan (menyetok) cartridge tinta inkjet terlalu lama. Sebab ada kemungkinanan saat dalam penyimpanan itu, tintanya akan mengering. Untuk urusan yang satu ini, kemasan cartridge dari para OEM (tinta asli) biasanya lebih stabil kendati disimpan. Ini khususnya tinta berbasis pigmen, yang tidak cepat kering. Kalau pun Anda terpaksa menyimpan cartridge tinta, tempatkan cartridge tersebut jauh dari paparan cahaya yang kuat, suhu lembab, dan polusi udara.
2. Gunakan kertas yang tepat saat mencetak. Kertas yang berpori-pori besar (instant dry) tidak akan memberikan hasil bagus jika dipadukan dengan tinta berbasis dye yang biasanya dipakai pada tinta kompatibel.
sumber: PCplus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar